Rabu, 09 September 2015

Sekolah Pamong Praja Muda disorot lagi....

Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama menggelontorkan usulan pembubaran IPDN kepada Presiden karena dianggap tidak mampu merubah tatanan birokrasi di Pemda DKI. Berbagai pro kontra bermunculan, dari Wapres, Menteri, DPR, Kepala Daerah dan masyarakat bahkan alumni IPDN itu sendiri. Komentar-komentar di milis situs berita populer cukup banyak kritikan terhadap sekolah pamong praja tersebut.

Sampai dengan tahun 2015 ini jumlah alumni APDN/STPDN/IPDN/IIP mungkin hanya sekitar 20.000 – 30.000 orang sedangkan jumlah PNS secara nasional sekitar 3 – 5 juta PNS, artinya hanya sekitar 1% saja alumni APDN/STPDN/IPDN/IIP mengisi formasi PNS di jajaran pemerintahan Republik Indonesia, selebihnya telah diisi oleh lulusan SMA, Diploma dan S-1 Perguruan Tinggi lainnya. Lalu, apakah logis jika dari 1% ini menjadi sebuah penentu indikator lemahnya kinerja birokrasi pemerintahan??? Siswa-siswi berprestasi dari seluruh nusantara direkrut untuk menjalankan sistem yang telah dibentuk dan disepakati bersama di Republik ini dan adakalanya banyak sumbangan bentuk pemikiran para Praja untuk memperbaiki sistem itu, bukan demi kepentingan tertentu tapi semata untuk kelangsungan berdirinya Republik ini. Dan Praja juga Purna Praja menyadari bahwa ketika buah pemikiran itu dianggap baik, tidak pernah secuil pun muncul harapan datangnya pujian karena itu memang sudah menjadi tugas dan kewajibannya. Sebaliknya ketika dianggap buruk, maka makian dan cacian sudah siap diterima dengan lapang dada karena selama pendidikan banyak latihan dan gemblengan untuk selalu menerima kenyataan hidup tersebut.
Nobody perfect, tidak ada manusia yang sempurna. Patut menjadi instropeksi bagi diri pribadi dan kita semua.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujuraat 11)